Selayang Pandang Riset Manajemen Pengetahuan Kebencanaan di Indonesia

#Special Issue
calendar_today
20 July 2022
person
Author : Ainur Ridho
edit
Editor : Mizan Bustanul Fuady Bisri
Description

Indonesia mengalami kenaikan jumlah peristiwa bencana alam dalam satu dekade terakhir, dari 2.004 bencana pada tahun 2010 menjadi 4.246 bencana pada tahun 2021. Hal ini sejalan dengan tren peningkatan jumlah penduduk terdampak bencana yang memuncak pada tahun 2018 dengan 9,5 juta jiwa.

Sumber: BNPB, 2022

 

Kondisi demikian menarik banyak peneliti di seluruh dunia untuk mengkaji konteks kebencanaan di Indonesia.

Pada dasarnya banyak pengetahuan yang telah dihasilkan dari riset kebencanaan. Namun, para pemangku kepentingan belum secara efektif mentransformasikan sebagian besar pengetahuan ini dalam penyusunan kebijakan atau program terkait bencana.

Padahal, pembentukan dan pengelolaan pengetahuan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pemecahan masalah dan pengambilan keputusan berbasis fakta. Hal tersebut dinilai mampu untuk meningkatkan kapasitas masyarakat menuju ketahanan bencana yang lebih tangguh.

Manajemen pengetahuan yang baik merupakan salah satu faktor krusial yang dapat meningkatkan tata kelola kebencanaan guna mencapai tujuan nasional dan global dalam pengurangan risiko dan ketahanan bencana.

Hal ini menunjukkan pentingnya praktik manajemen pengetahuan kebencanaan di Indonesia, khususnya terkait dengan produk ilmiah yang dapat memberikan informasi akurat kepada semua kalangan.

 

Dimana peran manajemen pengetahuan dalam manajemen penanggulangan risiko bencana?

Saat ini, menjadikan manajemen pengetahuan sebagai komponen inti dari tindakan terkoordinasi dalam manajemen penanggulangan risiko bencana menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Meskipun proses produksi dan implementasi pengetahuan sangat penting bagi upaya pengurangan risiko bencana, isu ini jarang dibahas secara sistematis dalam kebijakan atau program manajemen penanggulangan risiko bencana.

Manajemen penanggulangan risiko bencana adalah penerapan kebijakan dan strategi pengurangan risiko bencana untuk mencegah risiko bencana baru, mengurangi risiko bencana yang ada, dan mengelola risiko residual, yang berkontribusi untuk memperkuat ketahanan dan mengurangi kerugian bencana.

Siklus manajemen penanggulangan risiko bencana terdiri dari empat fase utama, yaitu:

  1. Pencegahan dan Mitigasi
  2. Kesiapsiagaan
  3. Tanggap Darurat
  4. Pemulihan

Praktik manajemen penanggulangan risiko bencana memerlukan pengetahuan untuk pengambilan keputusan yang tepat dan tindakan terkoordinasi di setiap fase manajemen.

Hal ini membutuhkan pemahaman lanskap terkini, pembangunan kapasitas, dan kerjasama yang lebih besar antara komunitas manajemen pengetahuan.

Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita lihat beberapa definisi mendasar.

 

Apa itu pengetahuan?

tahu » pe.nge.ta.hu.an

Menurut kamus Merriam-Webster dictionary, pengetahuan atau knowledge adalah

  • fakta, kebenaran atau informasi tentang sesuatu yang diperoleh secara sadar melalui pengalaman atau sosialisasi
  • pemahaman tentang ilmu pengetahuan, seni, atau teknik
  • fakta atau kondisi menyadari sesuatu
  • jangkauan informasi atau pemahaman seseorang

Piramida data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan (sumber: https://www.ontotext.com/wp-content/uploads/2018/03/DIKW-Pyramid.png)

Piramida Pengetahuan, Hierarki Kebijaksanaan, dan Hirarki Informasi adalah beberapa nama yang mengacu pada representasi populer dari hubungan antara data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan dalam piramida Data, Informasi, Pengetahuan, Kebijaksanaan (Data, Information, Knowledge, Wisdom - DIKW).

Seperti model hierarkis lainnya, Piramida Pengetahuan memiliki blok bangunan yang terorganisir secara kaku – yaitu data pada urutan dasar, diikuti dengan informasi, lalu pengetahuan, dan terakhir kebijaksanaan berada pada urutan teratas.

Setiap langkah menaiki tangga akan menjawab pertanyaan tentang data awal dan menambah nilai padanya. Semakin banyak pertanyaan yang kita jawab, semakin tinggi kita naik tangga. Dengan kata lain, semakin kita memperkaya data dengan makna dan konteks, semakin banyak pengetahuan dan wawasan yang kita dapatkan darinya.

Di puncak tangga, kita telah mengubah pengetahuan dan wawasan menjadi pengalaman belajar yang akan memandu tindakan kita.

  • Data adalah kumpulan fakta dalam bentuk mentah atau tidak terorganisir seperti angka atau kata. Data perlu menambahkan konteks dan nilai pada angka sehingga memiliki makna.
  • Informasi adalah data yang telah “dibersihkan” dari kesalahan dan diproses lebih lanjut dengan cara yang membuatnya lebih mudah untuk diukur, divisualisasikan, dan dianalisis untuk tujuan tertentu. Dengan mengajukan pertanyaan yang relevan tentang 'siapa', 'apa', 'kapan', 'di mana', dan lain-lain, kita dapat memperoleh informasi berharga dari data dan membuatnya lebih bermanfaat.
  • Ketika kita tidak hanya melihat informasi sebagai gambaran fakta-fakta yang terkumpul, tetapi juga memahami cara penerapannya untuk mencapai tujuan tertentu, kita mengubahnya menjadi pengetahuan. “Bagaimana” informasi yang diperoleh dari data yang dikumpulkan relevan dengan tujuan kita? “Bagaimana” potongan-potongan informasi ini terhubung dengan potongan-potongan lain untuk menambah makna dan nilai lebih? Selain itu yang paling penting, “bagaimana” kita dapat menerapkan informasi untuk mencapai tujuan kita?
  • Kebijaksanaan adalah puncak hierarki DIKW. Untuk mencapainya, kita harus menjawab pertanyaan seperti 'mengapa melakukan sesuatu' dan 'apa yang terbaik'. Dengan kata lain, kebijaksanaan adalah pengetahuan yang diterapkan dalam tindakan.

 

Jenis-jenis pengetahuan

Pengetahuan Tacit

Pengetahuan tacit biasanya diperoleh melalui pengalaman dan secara intuitif. Akibatnya, pengetahuan ini sulit untuk diartikulasikan dan dikodifikasi sehingga menghambat transmisi pengetahuan tersebut ke individu lain.

Contoh pengetahuan tacit dapat mencakup pemahaman bahasa, pengenalan wajah, atau keterampilan kepemimpinan.

Pengetahuan Implisit

Sementara pengetahuan tacit sulit untuk dikodifikasi, pengetahuan implisit belum tentu memiliki persoalan demikian. Sebaliknya, informasi implisit belum terdokumentasikan. Informasi implisit cenderung ada dalam proses, dan bisa disebut sebagai pengetahuan “know-how”.

Contoh jenis pengetahuan ini termasuk cerita rakyat, cerita lisan, atau kearifan lokal.

Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit dihasilkan dalam berbagai dokumen seperti jurnal ilmiah, buku, laporan, dan panduan. Pengetahuan ini memungkinkan individu atau organisasi berbagi pengetahuan di antara individu lain dengan mudah.

Jenis pengetahuan ini adalah yang paling terkenal, dan contohnya termasuk aset pengetahuan seperti database, dokumen, dan studi kasus.

 

Apa itu manajemen pengetahuan kebencanaan?

Secara sederhana, manajemen pengetahuan bencana adalah manajemen pengetahuan yang diterapkan dalam praktik manajemen pengelolaan risiko bencana.

Manajemen pengetahuan adalah proses mengidentifikasi, mengorganisir, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi dalam suatu organisasi.

Manajemen pengetahuan bertujuan untuk merumuskan, menerapkan, dan mengevaluasi strategi yang menjamin proses penyebaran pengetahuan dengan format yang tepat, kepada individu yang tepat, serta pada tempat dan waktu yang tepat.

Empat elemen manajemen pengetahuan terintegrasi

 

Para peneliti pada dasarnya mendefinisikan praktik manajemen pengetahuan dalam empat elemen:

Manajemen pengetahuan berorientasi pada individu

Mendorong dan mempromosikan semangat inovasi dengan memberikan dampak positif pada keterlibatan afektif individu dan kepercayaan impersonal. Termasuk di antaranya memungkinkan kolaborasi jarak jauh, mendukung praktik komunitas, memfasilitasi pertukaran pengetahuan, dan mendorong kegiatan bertutur cerita (storytelling).

Manajemen pengetahuan berorientasi pada proses

Menerapkan elemen-elemen pendukung (yaitu, prinsip budaya dan kepemimpinan) untuk meningkatkan kemampuan dalam memotret pengetahuan dan pengelolaan informasi (akuisisi, distribusi, dan penciptaan).

Manajemen pengetahuan berorientasi pada teknologi

Meningkatkan integrasi sistem dan penambangan data, memanfaatkan Intelligent Agents (IA) atau memanfaatkan sistem pakar untuk mendukung kolaborasi pemangku kepentingan, komunikasi, melakukan pencarian informasi, dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara real-time.

Manajemen pengetahuan berorientasi pada tujuan

Mempromosikan kinerja individu dan organisasi dengan memastikan pengetahuan yang tepat untuk digunakan dalam format dan cara yang tepat, serta pada waktu dan tempat yang tepat.

 

Bagaimana penelitian manajemen pengetahuan kebencanaan di Indonesia?

Masalah keterbatasan alat untuk manajemen pengetahuan bencana membuat kami mengembangkan CARI! Mesin Manajemen Pengetahuan yang secara otomatis menyusun artikel penelitian terkait bencana.

Pengetahuan ilmiah sebagai salah satu pengetahuan eksplisit merupakan aset fundamental dalam upaya memajukan penanggulangan bencana menuju ketahanan, dan dalam prosesnya, mengubah peran sains dalam mengurangi risiko bencana dan ketahanan bencana dari tingkat strategis (pembuatan kebijakan) ke tingkat praktis.

Untuk memahami lanskap penelitian manajemen pengetahuan bencana terkini di Indonesia, kami melakukan algoritma berbasis kata kunci pemrosesan teks. Kemudian secara otomatis menandai setiap artikel penelitian ke dalam topik yang ditentukan untuk analisis sistematis dalam domain manajemen bencana. Terakhir kami menghasilkan analisis singkat.

Indonesia Disaster Knowledge Update (IDKU) adalah salah satu upaya utama CARI! untuk berkontribusi pada manajemen pengetahuan di Indonesia. Dalam IDKU edisi Juni 2022, kami membahas perkembangan manajemen pengetahuan terkait bencana di Indonesia. Ini mencakup semua artikel tentang penelitian manajemen pengetahuan yang diterapkan dalam konteks bencana.

Selain itu, kami melakukan analisis berdasarkan empat elemen utama yang digunakan oleh peneliti dalam mendefinisikan praktik manajemen pengetahuan.

Artikel ilmiah yang kami gunakan dalam analisis ini diperoleh dari Scopus, DOAJ, dan Garuda. Berdasarkan proses penyaringan multi-tahap yang kami lakukan dengan memilih kata kunci dan tinjauan konten, kami memperoleh 64 artikel penelitian untuk analisis mendalam kami.

Statistik publikasi riset manajemen pengetahuan kebencanaan di Indonesia

 

Dimana saja lokasi penelitian publikasi tentang manajemen pengetahuan kebencanaan?

Ukuran lingkaran biru mewakili jumlah artikel penelitian pada setiap provinsi (sumber: CARI! repositori, 2022). Kotak hijau menunjukkan lokasi pusat studi dan program studi kebencanaan di Indonesia (FPT-PRB, 2021). Warna poligon peta menunjukkan skor indeks risiko bencana multi-ancaman masing-masing provinsi (BPNB, 2021).

Secara umum, penelitian tentang manajemen pengetahuan kebencanaan di Indonesia masih terbatas.

Berdasarkan peta di atas, provinsi-provinsi di Pulau Jawa seperti Jawa Tengah dan DI Yogyakarta adalah lokasi dengan banyak penelitian. Provinsi Aceh di Pulau Sumatera juga salah satu dari sedikit provinsi yang memiliki banyak penelitian.

Sementara itu, provinsi-provinsi lain di Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara hanya memiliki sedikit artikel penelitian. Provinsi-provinsi di kawasan paling timur Indonesia bahkan sama sekali belum ada penelitian.

Hal tersebut mungkin berkorelasi dengan lokasi pusat/program studi kebencanaan yang kebanyakan berlokasi di wilayah barat Indonesia.

Ditambah lagi, wilayah barat Indonesia juga menjadi lokasi kejadian bencana-bencana besar sehingga banyak mendapat perhatian dari beragam pihak, termasuk peneliti, yang akhirnya menjadikannya sebagai latar belakang perkembangan penelitian manajemen pengetahuan kebencanaan di wilayah tersebut.

 

Sudahkan penelitian manajemen pengetahuan kebencanaan dilakukan di lokasi dengan risiko bencana tinggi?

Diagram kuadran menampilkan kategori provinsi (diwakili oleh beragam warna) menurut jumlah publikasi riset dan skor indeks risiko bencana multi-ancamannya (sumber: BNPB, 2021). Ukuran lingkaran menyiratkan jumlah populasi per provinsi (sumber: BPS, 2022).

 

Untuk menjawab pertanyaan itu, kami telah melakukan perbandingan jumlah artikel penelitian versus skor indeks risiko bencana multi-ancaman per provinsi yang digambarkan pada diagram kuadran di atas.

Dari kuadaran di atas, dapat terlihat bahwa ada tendensi lokasi penelitian yang terkonsentrasi di wilayah dengan populasi penduduk tinggi, seperti di wilayah Jawa.

Provinsi-provinsi yang berwarna merah patut menjadi perhatian lebih, seperti provinsi di wilayah Sulawesi yang baru memiliki sedikit publikasi riset, meskipun berdasarkan skor indeks risiko bencananya adalah sangat tinggi dibanding wilayah lainnya.

 

Bagaimana tren pertumbuhan jumlah artikel penelitian manajemen pengetahuan kebencanaan?

Diagram batang di atas (a) menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun perhatian pada topik manajemen pengetahuan kebencanaan mengalami peningkatan, meskipun masih relatif tidak signifikan dibanding topik lain.

Jenis bencana alam yang paling luas diteliti adalah jenis bencana multi-ancaman, lalu bencana tsunami dan bencana yang berkaitan dengan iklim.

Diagram batang di atas (b) menunjukkan bahwa manajemen pengetahuan kebencanaan lebih banyak diteliti berkaitan dengan elemen “orientasi individu” dan hanya sedikit penelitian tentang manajemen pengetahuan pada tiga elemen lainnya seperti teknologi, proses, dan tujuan.

Ini mengungkap bahwa fokus manajemen pengetahuan pada tiga elemen lainnya masih langka, ini juga menjadi alasan mendasar dari pendirian CARI!.

 

Artikel penelitian apa yang menarik banyak perhatian?

Daftar di bawah ini menampilkan lima artikel penelitian teratas bertema manajemen pengetahuan kebencanaan di Indonesia yang dirangking menurut jumlah sitasi per tahun 2022 bersumber dari direktori Scopus.

Empat dari lima artikel di bawah mendiskusikan cakupan pengetahuan lokal yang diaplikasikan pada setiap subyek kebencanaan. Satu artikel meneliti tentang manajemen pengetahuan kebencanaan berorientasi individu dan bagaimana hubungannya dengan pembangunan kapasitas lokal.

  1. Satellite-based damage mapping following the 2006 Indonesia earthquake-How accurate was it?
  2. Climate knowledge cultures: Stakeholder perspectives on change and adaptation in Nusa Tenggara Barat, Indonesia
  3. Half-full or half-empty? Shelter after the Jogjakarta earthquake
  4. Collaborating on establishing an agro-meteorological learning situation among farmers in Java
  5. Addressing inadequacies of sectoral coordination and local capacity building in Indonesia for effective climate change adaptation

 

Topik penelitian apa yang paling sering diteliti?

Kata awan menampilkan topik paling sering diteliti berdasarkan topik subfase manajemen penanggulangan risiko bencana

Peneliti umumnya mempelajari asesmen bahaya dan risiko, edukasi publik, restorasi, mitigasi, peningkatan kualitas infrastruktur, dan peningkatan kualitas kehidupan pada penelitian tentang manajemen pengetahuan kebencanaan.

 

Kota/Kabupaten mana yang paling sering diteliti?

Beberapa lokasi di Provinsi Aceh seperti Kota Banda Aceh dan Kabupaten Simeulue merupakan lokasi paling sering diteliti. Kota-kota lain di Pulau Jawa juga cukup sering diteliti, seperti Kota Yogyakarta, Kota Semarang, dan Kota Bandung.

Kota Palu juga adalah kota yang diteliti cukup sering. Gempabumi, likuifaksi, dan tsunami Sulawesi Tengah 2018, serta Tsunami Samudera Hindia 2004 tampaknya berkontribusi pada banyaknya pengaruh untuk mengeksplorasi pengetahuan lokal terkait bencana seperti “smong”.

 

Bagaimana hubungan antara lokasi penelitian, tipe bencana, fase penanggulangan risiko bencana, dan elemen manajemen pengetahuan?

Diagram sankey divisualisasikan secara proporsional menurut jumlah publikasi. Semakin besar ukuran persegi dan semakin lebar benang koneksi menunjukkan semakin banyak publikasi yang direpresentasi.

Diagram sankey ini menggambarkan distribusi publikasi riset dan hubungannya antar lokasi penelitian, jenis bencana, fase manajemen penanggulangan risiko bencana, dan elemen manajemen pengetahuan serta jumlah publikasi yang terhubung antar persegi.

Dari Sankey di atas, terlihat bahwa penelitian terkait manajemen pengetahuan kebencanaan memiliki prioritas jenis bencana yang beragam antar wilayah.

Di wilayah Jawa, penelitian terkait manajemen pengetahuan cenderung membahas manajemen pengetahuan yang berhubungan dengan jenis bencana letusan gunung berapi, multi-ancaman, dan ancaman terkait iklim. Sementara, di wilayah Sumatera memiliki tendensi besar dalam membahas tsunami.

Jika kita lihat fase penanggulangan risiko bencana, manajemen pengetahuan yang diteliti cenderung membahas fase mitigasi, pencegahan, dan kesiapsiagaan.

Sementara pada elemen manajemen pengetahuan yang diteliti, kebanyakan peneliti cenderung membahas elemen orientasi orang dan kemudian elemen orientasi proses, orientasi tujuan, dan orientasi teknologi.

Temuan-temuan di atas telah mengungkapkan kesenjangan penelitian yang signifikan tentang manajemen pengetahuan bencana di Indonesia, yang menggarisbawahi bahwa masih banyak pengetahuan yang perlu diciptakan dan dieksplorasi.

IDKU edisi Juni tentang Manajemen Pengetahuan Kebencanaan versi interaktif dapat diakses disini

-----

Daftar Pustaka

  1. Knowledge Management
  2. What is the Data, Information, Knowledge, Wisdom? https://www.ontotext.com/knowledgehub/fundamentals/dikw-pyramid/#:~:text=What is the Data%2C Information,knowledge and finally comes wisdom
  3. Oktari dkk, 2020, “Knowledge management practices in disaster management: Systematic review,”International Journal of Disaster Risk Reduction, Vol. 51, 10.1016/j.ijdrr.2020.101881.
  4. Data-data yang dimanfaatkan dalam analisis ini bersumber dari CARI! repository-of-repositories (dikoleksi dari DOAJ, Scopus, dan Garuda), BNPB, FPT-PRB, and BPS.